Hari-hari Yang Diharamkan Berpuasa
Tanbihun – Selain 5 hari sebagaimana yang telah disepakati para ulama (1 Syawal: Idul Fitri, 10 Dzulhijjah dan 3 hari setelahnya, atau sering disebut sebagai hari tasyrik), para ulama berbeda pendapat mengenai hari syak (keraguan) yang terjadi pada akhir bulan sya’ban. Hari Syak yaitu hari yang apabila ia merasa tidak yakin (ragu-ragu) awalnya jatuh ramadhan atau masih dalam akhir bulan sya’ban (29 atau 30 Sya’ban). Hal ini sesuai dengan hadis dari Ammar bin Yasir r.a:
من صامَ اليومَ الّذي شكّ فيه فقد عصَى أبا القاسمِ
“Barangsiapa berpuasa pada hari syak, sesungguhnya dia telah menderhakai kepada Abu Al-Qasim (Nabi Muhammad SAW)“.
Ulama-ulama Mazhab Syafi’I berpendapat
bahwa orang-orang yang berpuasa pada separuh akhir bulan sya’ban yang
mana ada di antaranya hari Syak adalah haram,
melainkan mereka yang biasa berpuasa sepanjang tahun, atau bagi mereka
yang berpuasa pada hari tertentu seperti hari senin dan kamis yang
puasanya kebetulan dengan hari setelah 15 Sya’ban, atau puasa
nazar yang tertanggung ke atasnya, demikian juga dengan puasa qadha’
(fardhu), ataupun puasa yang bersambung dengan puasa setelah sya’ban dan
puasa sebelumnya walaupun satu hari sebelum 15 hari Sya’ban.
Hal ini berdasarkan hadis yang bermaksud:”Apabila telah tiba pertengahan bulan Sya’ban, janganlah kamu berpuasa”.(HR. Ahmad).
Adapun ulama-ulama Mazhab Hambali dan
mazhab yang lain tidak berpegang kepada hadis diatas, karena hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad itu adalah dha’if.
Seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid
r.a. pernah bertanya kepada Nabi SAW kenapa beliau banyak berpuasa di
bulan sya’ban? Nabipun menjawabnya: “Bulan sya’ban itu adalah bulan yang
selalu dilupakan oleh manusia karena kedudukannya di tengah-tengah
antara Rajab
dan Ramadhan, dimana ia adalah bulan yang segala amalan-amalan
hamba-Nya akan diangkat kepada Tuhan Pencipta Alam. Maka aku menyukai
amalanku diangkat ketika aku berpuasa” (HR. Imam An-Nasa’I)
PUASA SETELAH NISFU SYA’BAN
Sabda Nabi SAW:
إذا بقي نصفٌ من شَعْبَانَ فلا تصوموا
“Apabila tinggal separuh dari bulan Sya’ban maka janganlah kamu berpuasa”.
(HR. At-Tirmizi dari Abu Hurairah r.a.)
Berdasarkan hadis ini dilarang berpuasa
setelah nishfu sya’ban bermula dari tanggal 16 sampailah akhir bulan
terutamanya sehari atau dua hari sebelum ramadhan. Menurut Imam
ar-Ruyani: Mendahului ramadhan dengan puasa setelah nishfu sya’ban
hukumnya adalah makruh, Adapun sehari atau dua hari sebelumnya, maka
hukumnya adalah haram.
Namun menurut ulama’ dikecualikan dari larangan berpuasa setelah nishfu sya’ban ke atas orang-orang sebagai berikut:
-
Orang yang menyambung puasa yang dimulainya sebelum bulan Sya’ban masuk separuh kedua (yakni sebelum tanggal 16 Sya’ban) sekurang-kurangnya puasa pada hari nisfu Sya’ban. Dan disyaratkan puasanya itu berterusan sehingga sampai ke penghujung bulan Sya’ban.
- Orang yang mempunyai kebiasaan puasa tertentu seperti puasa senin dan kamis, puasa selang sehari (puasa ad-dahr), kemudian puasanya itu secara kebetulannya melintasi hari-hari setelah nishfu Sya’ban.
-
Orang-orang yang berpuasa dengan sebab seperti nazar, kaffarah atau Qadha’ (termasuk juga qadha’ puasa sunat).
Larangan berpuasa pada hari syak, sebagaimana rasul SAW bersabda:
لاَ تُقَدِّمُوْا شَهْرَ رمضانَ بصومِ يوْمٍ أو يومَيْنِ إلاَّ رجلٌ كان يصومُ صومًا فَلْيَصُمْهُ
“Janganlah engkau mendahului ramadhan
dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali seorang yang
sudah biasa berpuasa, maka bolehlah ia berpuasa”. (HR. Imam Bukhari dan
Muslim dari Abu Hurairah r.a.).
Jadi, dimanakah posisi kita? Adakah kita termasuk dalam bagian orang-orang yang selalu meng-istiqomah-kan
puasa sunah kita? atau hanyalah seorang hamba yang hanya mampu untuk
berpuasa ke atas kewajiban fardhu-Nya saja (baca: bulan Ramadhan).
Wallahu A’lam…
Shollallaahu ‘Alaa Muhammad Wa Aalihi
Ibnu Dahlan El-Madary
Seri Kembangan, Sungai besi, Kuala Lumpur
27 Sya’ban 1432H/28 July 2011:04:00 AM
Untuk lebih jelas nya silahkan klik di bawah nie
http://tanbihun.com
Terima Kasih Telah Berkunjung
0 komentar:
Posting Komentar